Senin, 27 September 2010

Simfoni

jemari yang tergesa-gesa di atas piano
setiap rinci nada
hentakan yang tiba-tiba

hidup diawali dari lembah
lalu setinggi apa jemari menyentuh awan

dihembus angin-angin biru adalah irama
hinggapi daun-daun hijau adalah karena
dialun lembut
diarak awan

aku dibirukan langit
aku diputihkan awan
aku dibelai lirih-lirih ombak

aku luruh aku larut aku buka mataku

tak ada yang lebih indah dari hidup ini
selain hidup itu sendiri

Selasa, 21 September 2010

Saya dan Bahasa Jerman

Saya selalu berpendapat bahwa bahasa Jerman adalah bahasa yang menarik. Kosakatanya yang unik dan tatabahasanya yang cukup rumit membuat saya semakin tertantang untuk mempelajari dan menguasainya.

Sejak SMA, bahasa Jerman adalah pelajaran favorit saya jika dibandingkan dua bahasa asing lainnya yang juga diajarkan di sekolah, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Hal ini lebih karena faktor guru. Guru bahasa Jerman kami adalah seorang yang muda, cantik dan sangat kreatif. Hal tersebut memberikan nilai lebih untuk pelajaran ini. Namun, bahasa Jerman tak pernah menjadi pilihan utama saya dalam seleksi masuk perguruan tinggi, baik lewat jalur PMDK maupun SNMPTN.

Bahasa Inggris adalah obsesi saya sejak saya mengenal bahasa asing. Karena itu bahasa Inggris selalu menjadi pilihan utama saya baik dalam seleksi jalur PMDK maupun SNMPTN. Bahasa Jerman bahkan tidak menjadi pilihan kedua saya dalam PMDK. Saat itu saya memilih Psikologi sebagai pilihan kedua. Baru dalam SNMPTN, saya menjadikan bahasa Jerman sebagai pilihan kedua setelah bahasa Inggris.

Cerita saya sebelum masuk jurusan bahasa Jerman bisa dibilang sedikit diwarnai keteledoran dan ketidakberuntungan. Saat akan menjalani tes PMDK bahasa Inggris, kartu peserta PMDK saya tertinggal di rumah. Sehingga saya terpaksa harus pulang kembali dan mengambil kartu peserta saya. Di kartu peserta PMDK tertulis bahwa saya harus menuju gedung D5. Tetapi saat akan memasuki gedung D5, diberitahukan bahwa lokasi tesnya adalah di gedung J9. Hal ini membuat saya terlambat untuk mengikuti tes wawancara dan sudah cukup untuk menjadi alasan bagi penjaga pintu ruangan untuk menolak saya masuk. Meski saya sudah mencobanya untuk kedua kalinya sekalipun.

Dalam SNMPTN, saya kembali tidak beruntung karena lagi-lagi Tuhan seolah menegaskan bahwa bahasa Inggris bukanlah masa depan saya. Sehingga di sinilah akhirnya saya duduk manis di hadapan para dosen, sebagai mahasiswa jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang.

Lelaki

yang lalu biarlah untuk tahu
yang nanti tak perlu kita nanti
kaki berdiri di tanah sekarang

biarlah menari-nari memanggil api
supaya air jadi punya arti
biarlah juga kerikil-kerikil tunjukkan tajamnya

muka lautan memang harus diarungi
dan dalamnya harus diselami

bila kau angkat layarmu
dan arahkan pandangmu ke depan dimana matahari terbangun
kau akan temukan takdirmu disana