Kamis, 28 Oktober 2010

Mahasiswa

matahari mengintip dari jendela
aku mukaku dilulur cahaya

detak jarum sudah di atas yang seharusnya
aku bercerai dengan selimut
rambut hanya dibasahi angin

buku, pena, sepatu, dan ikatnya
aku hidup di atasnya
kita hirup kita kupas getahnya

titah tuanlah jadi santapan

agar malam tidur dapat tenang
siang, makan harus diselesaikan

Bila Kuteguk Seteguk

hei matahari
senyummu tak manis
keringatku berpuluh deras
berkeluh mengucur
berpeluh meneduh
menuduh ketidaknyamanan
menyamai di gurun
desir
pasir
semilir
turun hujan tak kunjung
mendung ikut tak hadir
desir
air
semilir
bila kuteguk seteguk
desir
desir
semilir
ingin angin
angan saja pun tak apa
ah
goyah langkah
mati arah
desir
angin
air
bila kuteguk seteguk
bila kuteguk seteguk